Jumat, 18 Mei 2012

Merindukan Teori dan Sistem Pendidikan Islam


Bagaimanakah teori belajar yang baik menurut Islam? Sementara para guru yang kuliah di FKIP, memperoleh berbagai pelatihan, dan membaca buku tentang pendidikan dan teori-teori belajar dari pemikir kafir. Misalnya teori belajar dari Gagne, Bruner, Thorndike, Pavlov dan sederet ilmuwan kafir (bahkan ada yang atheis) lainnya. Bahkan para guru juga mengajarkan ilmu-ilmu dari para pemikir non Islam tersebut!
Apa yang diungkapkan sebenarnya dirasakan oleh semua pengajar di negeri kita. Mereka bertanya-tanya, kenapa kita selalu diajari berbagai teori ilmu pengetahuan dari orang kafir? Apakah memang tidak ada ilmuwan muslim yang maju dan bisa dijadikan ikutan?
Tentu saja jawabnya ada, bahkan sangat ada. Tapi satu hal yang perlu diketahui bahwa sebenarnya fenomena semacam ini perlu kita lihat secara lebih luas. Tidak hanya dari satu sudut pandang saja.
Dunia Islam adalah dunia yang dijajah oleh barat. Dan penjajahan itu bukan hanya sekedar pendudukan secara militer. Penjajahan itu sampai juga ke level ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan.
Dulu sebelum Portugis mendarat di negeri kita, negeri kita ini adalah negeri Islam, di mana para sultan muslim menjalankan negeri ini dengan menerapkan segala khazanah peradaban besar dunia Islam, termasuk ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan.
Ketika kemudian parade penjajah itu mulai menguasai negeri ini, maka mereka pun masuk juga ke dunia ilmu pengetahuan dan pendidikan. Belanda getol sekali membangun kampus dan sekolah.
Dan peninggalan mereka sampai hari ini masih ada, meski kita sudah merdeka, bahkan kita juga sudah punya pemerintahan sendiri, punya lagu kebangsaan sendiri, punya wilayah, rakyat, bendera dan diakui oleh PBB.
Tapi yang terjadi justru malah penjajahan di dunia pendidikan tetap masih berlangsung. Nyaris semua ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah dan perguruan tinggi masih saja ‘dijajah’, sehingga yang terjadi memang ‘broken link’ yang luar biasa dahsyat, antara generasi Islam dan sisa peradaban masa lalunya.
Memutus Rantai Peradaban lewat Penjajahan Bahasa
Contoh paling sederhana dari masih berlangsungnya penjajahan adalahkenyataakn bahwa bangsa kita yang muslim ini kita tidak bisa bahasa Arab. Inilah hasil penjajahan yang tidak bisa dipungkiri. Rupanya para penjajah tahu betul bahwa kunci untuk memutus mata rantai peradaban Islam dengan generasi mudanya adalah dengan menghilangkan bahasa Arab dari dunia Islam.
Di negeri Islam yang dalam kesehariannya sudah berbahasa Arab, para penjajah menghidup-hidupkan bahasa Arab ‘pasar’, atau yang lebih kita kenal dengan bahasa ‘ammiyah. Kita kenal ada ‘ammiyah Mesir, ‘ammiyah Saudi, ‘ammiyah Yaman, Sudan, Irak, Maghrib dan seterusnya. Nyaris satu sama lain tidak bisa saling komunikasi.
Dan yang pasti, kalau memakai bahasa ‘ammiyah itu, dijamin kita tidak mampu mengerti Al-Quran, Sunnah, dan literatur keIslaman lainnya. Coba saja para TKI Timur Tengah itu disuruh membaca kitab tafsir, pasti mereka geleng-geleng kepala.
Sebaliknya, di negeri muslim lain yang belum semua rakyatnya berbahasa Arab, mereka menghapus semua pelajaran bahasa Arab dari kurikulum pendidikan.
Dan meski sang penjajah yang asli sudah pergi, dan kita merdeka selama bertahun-tahun kemudian, penguasa negeri ini sama sekali tidak pernah mau memasukkan kurikulum pendidikan bahasa Arab ke dalam pelajaran sekolah. Sebaliknya, kurikulum bahasa Inggris justru diajarkan mulai dari SD sampai perguruan tinggi.
Aneh bin ajaib. Sebuah negeri yang mengaku sebagai negeri Islam, masih mempertahankan tradisi yang dibawa penjajah.
Maka terjadilah putusnya jalur peradaban. Kita yang lahir setelah penjajahan, tidak mengenyam sistem pendidikan Islam. Semua kurikulum datang dari barat, bahkan termasuk suatu yang di barat sana sudah dianggap sampah, ternyata kita masih saja memakainya.
Di dalam otak para penguasa di negeri ini sudah tertanam doktrin utama, yaitu ilmu pengetahuan hanya ada di barat. Dan inilah titik pangkal kelemahan.
Belajar Dari Mentalitas Jepang
Tapi mentalitas sebagai ‘bangsa terjajah’ itu tidak terjadi di Jepang. Meski pernah diluluh-lantakkan dengan bom atom, bangsa Jepang tetap merdeka cara berpikirnya, mereka bisa cepat belajar dan bertekad untuk mandiri.
Mereka mengirim mahasiswa dan pelajar ke Barat, bukan untuk menjadi ‘penyembah’ barat, tetapi justru untuk ‘mencuri’ ilmu pengetahuan mereka. Dan ‘pencurian’nya bukan saja ilmu, tapi mereka berhasil mendatangkan juga para profesor dan sumber-sumber ilmu pengetahuan barat ke Jepang.
Tidak seperti bangsa kita, konsepnya si Jepang ini matang sekali. Yang diimpor oleh Jepang bukan produk teknologinya juga bukan hafalan teori-teorinya, tetapi sumber-sumber asal-usul ilmunya. Pemerintah Jepang sangat terbuka dengan riset dan pengembangan teknologi itu.
Apa yang di Amerika masih berupa proposal pengembangan yang belum disetujui pendanaannya, di Jepang langsung dibiayai dan dijalankan. Inilah bentuk ‘penjajahan balik’ Jepang kepada Barat. Akibatnya, teknologi lebih berkembang di Jepang. Bahkan Jepang menjadi pengekspor produk teknologi ke Barat. Amerika malah mengimpor mobil, motor, dan barang elektronik dari Jepang.
Bandingkan dengan Indonesia, alih-alih belajar teknologi dan membawa pulang ilmunya, bangsa kita malah lebih tertarik belajar ilmu yang sosial dan budaya. Lucu juga, Amerika dan Barat terkenal paling tidak punya kepekaan sosial dan berbudaya rendah, karena tangannya masih berlumur darah akibat penjajahan ratusan tahun, kok kita malah belajar budaya dan moral dari mereka. Apa yang menarik?
Tokoh-tokoh sekuler di negeri kita malah lebih gila lagi. Bagaimana tidak, mereka malah mengirim para mahasiswa muslim untuk belajar ‘agama Islam’ kepada para yahudi kafir di Barat. Padahal para yahudi barat itu terkenal perusak dan penghina agama Islam, kok bisa-bisanya mahasiswa dikirim untuk belajar kepada para pembenci Islam?
Maka kalau sepulang dari Amerika dan Barat itu mereka jadi ‘tukang bikin gara-gara’, bikin sensasi tidak jelas ujung pangkalnya, wajar saja. Lha wong ngajinya sama yahudi laknatullah.
Praktis dari segi pengembangan teknologi, nyaris tak ada satu pun ilmu pengetahuan yang kita ambil dari barat. Kita tetap saja jadi pengimpor produk teknologi dari mereka. Mulai dari kendaraan bermotor, sampai barang elektronik kecil-kecil, kita impor semuanya.
Kita tidak pernah mandiri untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk juga tidak pernah mengembangkan kurikulum pendidikan sendiri.
Akibatnya, tokoh-pokoh ilmu pengetahuan yang kita kenal juga itu-itu saja, semuanya hasil jiplakan total dari Barat.
Pengembangan Dunia Pendidikan Yang Asli
Kita semua sepakat bahwa kalau kita mau membangun bangsa ini, tentu kita harus mulai dari membangun dunia pendidikan. Selagi dunia pendidikan kita amburadul, maka selama itu punya pendidikan kita akan acak-adul.
Kurikulum pendidikan kita ini perlu diarahkan secara lebih tegas, terutama dari sisi filosofinya. Apakah kita hanya sekedar mau bicara formalitas, ataukah kita mau bicara kenyataan di lapangan?
Jadi penggalian kepada akar-akar sistem pendidikan dan ke mana arahnya, adalah merupakan hal yang prioritas. Dalam dalam pada itu, sebenarnya kita bisa menggali akar ilmu pengetahuan itu dari sumber peradaban besar Islam.
Sayangnya ya itu tadi, kita ini sudah dan masih dijajah oleh Barat. bahkan bahasa Arab pun kita tidak menguasai. Jadi bagaimana kita mau menggali ilmu pengetahuan dari peradaban Islam, kalau bahasanya saja tidak kita pahami.
Alhamdulillah, kami sempat mengenyam pendidikan di Universitas Islam Al-Imam Muhammad Ibnu Suud, Kerajaan Saudi Arabia. Dalam salah satu mata kuliah, kami diajarkan mata kuliah dasar-dasar pedagogik (ushulut tarbiyah).
Menarik sekali, karena teori-teori yang diajarkan sama sekali tidak menyebut teori orang barat. Kami malah diajak berkenalan dengan ilmuwan muslim besar semacam Ibnu Khaldun, Al-Ghazali, dan lainnya. Di mana sumber acuannya jelas, yaitu Al-Quran dan As-Sunnah. Bukan teori-teori sekular Barat yang rancu.
Salah satu teori pendidikan Islam yang masih sangat melekat adalah bagaimana hubungan antara guru dan murid dibentuk sedemikian rupa, sehingga ada sisi keberkahannya. Sesuatu yang barangkali menjadi ‘aneh dan asing’ buat anda yang terbiasa dengan teori pendidikan barat.
Dan kalau mau dibanding-bandingkan, sejarah peradaban Islam yang gemilang tentu tidak akan pernah ada, bila tidak ada generasi yang dihasilkan oleh sistem pendidikan yang maju dan modern, yaitu sistem pendidikan Islam.
Sayangnya, sistem ini terkubur di dalam tanah, dan kita nyaris tidak pernah lagi bisa menemukannya. Semua adalah akibat bahwa kita adalah korban dari sistem pendidikan barat itu sendiri. Yang sejak awal memang ingin memastikan agar kita tidak bisa menemukan ‘harta terpendam’ berupa sistem pendidikan yang sangat maju di dunia Islam. Caranya dengan membuat kita tidak mengerti bahasa Arab.
Tapi, begitu anda melek bahasa Arab, maka di depan anda terbentang sebuah dunia maha luas yang berisi khazanah kekayaan intelektual Islam yang selama ini terpendam. Ada sekian banyak judul kitab yang berbicara tentang berbagai ilmu pengetahuan Islam, termasuk ilmu pendidikan dalam Islam.
Kalau menunggu terjemahan, paling-paling anda hanya bertemu dengan bukunya Abdullah Nasih Ulwan yang judul terjemahannya menjadi “dasar-dasar pendidikan Islam.” Padahal buku itu hanya mengulas sedikit saja tentang dunia pendidikan Islam. Di balik itu, masih ada begitu banyak tulisan, buku, makalah dan karya besar tentang sistem pendidikan Islam yang anda rindukan itu.
Wallahu a’lam bish shawab.(Ahmad Sarwat,Lc.)

Minggu, 06 Mei 2012

Ayo Menulis....




"buku bacaan sudah banyak, novel-novel menumpuk buat apa lagi menulis?? siapa yang akan membaca..??", begitu jawaban salah seorang ikhwah ketika ditawari "yuk menulis"..., setiap kita tahu bahwa semua profesi sudah di duduki oleh ratusan bahkan ribuan manusia, toh nyatanya kita masih bercita-cita untuk itu., bagi seorang aktivis sudah semestinya menekuni bidang ini, karena tidak semua orang mencatat apa yang kita ujarkan, dan tidak semua orang mengingat kembali apa yang sudah kita bicarakan.., yang menjadi catatan penting adalah bahwa menulis dapat menggetarkan semua sendi, karena memiliki kekuatan yang amat besar. dibuktikan dengan adanya berita beberapa bulan yang lalu ada pihak tertentu sempat melarang peredaran buku-buku "tertentu".
so...,, tunggu apa lagi..?? ajak semua rekan-rekan untuk menulis.., oh, ya.. hampir lupa kita sudah menyiapkan pelatihannya dan share langsung dengan penulis buku yang akan kita adakan akhir Mei, setelah itu kawan-kawan bisa lansung kirim tulisan ke mading ukm. seru kan..... ok jangan lupa baca info pendaftarannya disini.. http://dakwahkampus.com/berita/agenda-kampus/1832-workshop-menulis-a-sharing-inspirasi.html

Sabtu, 05 Mei 2012

Biarkan Rayuan Berjilbab Sukses Menggodamu




Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.”

Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al Ahzab : 59)

***

Sungguh Allah sangat menunjukkan sayangnya pada kita, para muslimah. Secara langsung Allah berikan perhatianNya melalui firmanNya. Sudah jelas maksud yang termakna dalam firman Allah di atas. Perintah untuk berjilbab secara syar’i dan hikmah yang Allah ingin berikan kepada kita para muslimah, “agar kita mudah untuk dikenal, dan tidak diganggu”.

Suatu waktu, ketika suasana ramai sekali dengan para bocah yang mulai menginjak masa pubernya, yakni masa untuk pencarian jati diri. Perhatian mereka semua terpusat ke tengah lapangan, ke kakak-kakak yang sedang mencoba menarik perhatian adik-adik kelas para siswa baru. Ya, saat itu di salah satu SMA yang berada di komplek tentara sedang digelar pertunjukkan ekstrakurikuler dalam rangka promosi, pencarian anggota baru dari para siswa yang baru saja diterima di SMA itu. Di sekeliling lapangan juga ramai dengan stand-stand ekstra kurikuler yang meriah dan ramai ditunggui oleh para pengurusnya.

Dari sekian banyak stand di sana, entah kenapa, perhatianku teralihkan oleh satu stand yang banyak ditunggui oleh para kakak kelas muslimah yang cantik dengan balutan jilbabnya. Jilbab yang teruntai berkibar saat tertiup angin mengalihkan perhatianku dan akhirnya menarik kaki ini untuk menghampirinya. Memang ada juga yang berbeda di stand itu, dibagikan es krim gratis bagi siswa baru yang berkunjung. Tapi di luar alasan itu, aku merasa sangat kuat tarikan yang akhirnya menggugah aku untuk mengunjungi stand itu, tak tau kenapa. Tetapi mungkin aku telah menyadarinya, masa itu adalah masa titik balikku. Mungkin ini yang dinamakan hidayah, amin ya Allah…, merasa diri menjadi orang yang selalu beruntung, merasa Allah begitu sayangnya.

Beranjak dari kisahku di atas, mungkin teman-teman juga memiliki kisah berkesan sendiri. Kejadian-kejadian lampau bersama orang-orang terkasih, yang apabila dirunut, dicari-cari hubungannya, mungkin itu adalah salah satu masa yang akhirnya menjadikan diri menjadi dirimu yang sekarang.

Hmm, aku tak mau melebar, di atas hanya sepotong kisah yang membuatku sadar, yang juga menuntun aku untuk terus belajar hingga saat ini. Sekarang aku sedang ingin berbicara dengan muslimah dan membicarakan tentang kita, “muslimah” yang seharusnya identik dengan jilbab. Kenapa aku bilang seharusnya identik? Ya, seharusnya muslimah itu identik, “memiliki ciri dan bisa dibedakan dengan wanita lain”. Muslimah seharusnya mudah untuk dikenal. Ya, hal ini kembali kepada perintah berjilbab dalam Q.S. Al Ahzab:59.

Berjilbab, hal yang menurut sebagian besar muslimah adalah sesuatu hal besar yang sulit untuk dilakukan, atau perlu banyak pertimbangan untuk mewujudkannya. Tapi tak seperti itu seharusnya. Mulailah muslimah untuk memiliki mimpi dan berpikir mudah. Segala kebaikan insyaAllah akan Allah permudah. Hasrat untuk lebih baik tentunya pasti ada dalam setiap diri, tinggal bagaimana diri-diri kita mampu untuk melawan nafsu lain yang juga berusaha menggoda, hingga akhirnya menggagalkan mimpi baik kita.

Hadirkanlah segala kebaikan yang Allah janjikan untuk wanita sholihah untuk menyemangati setiap hal yang akan kita lakukan. Hadirkanlah segala kebaikan yang akan mengikutimu ketika kau memutuskan untuk mulai berjilbab. Tak berlebihan ketika kukatakan kalau berjilbab secara syar’i itu adalah gerbang yang akan mengantarkanmu masuk ke kebaikan-kebaikan lain. Jilbab akan menuntutnu, namun ia juga akan menuntunmu. Bersyukurlah ketika banyak tuntutan yang harus kau lakukan karena keputusanmu untuk berjilbab. Karena tuntutan-tuntutan itu yang akan menuntunmu untuk selalu mampu menjadi lebih baik. Kesempatan atau peluang kebaikan akan lebih besar datang kepadamu, dan kau pun akan memiliki energi yang lebih untuk mencapainya. Biarkan segala kebaikan yang akan kau peroleh setelah berjilbab merayumu hingga akhirnya ia sukses menggodamu. Kalahkan semua ragu yang selama ini menghalangimu. Hadirkan Yakin. Buat awal perubahan besar menuju banyak kebaikan dalam hidupmu dari keberanianmu untuk mengulurkan jilbab ke seluruh tubuhmu.

Teman-teman muslimah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dia telah berikan apa yang kita butuhkan, tinggal bagaimana saja kita mensyukurinya. Bentuk syukur kita adalah dengan menyadari nikmat itu, kemudian berusaha untuk menjadi muslimah yang lebih baik setiap waktunya dengan meng-upgrade diri sendiri, hingga mampu menjadi teladan untuk orang lain, dan akhirnya bermanfaat bagi orang lain. Awalilah itu dengan Berani untuk Berjilbab.

Kita patut berbangga, karena Islam adalah satu-satunya agama yang Allah ridhoi. Kita pun patut berbangga, karena Allah menjadikan muslimah sebagai makhluk yang unik, dan makhluk yang diberi banyak keistimewaan. Maka, sudah sepatutnya pula, sebagai wujud iman kita kepada Allah, kita buktikan taatnya kita yang tercermin dari hati, lisan, dan perbuatan sebagai seorang yang layak menyandang penghargaan nama “muslimah”, yang membedakan dengan wanita lain.

“Dunia ini adalah perhiasan, sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholihah.” (H.R.Muslim)

sumber:fimadani

Jumat, 04 Mei 2012

The Amazing Facts of Quran


Sungguh menarik data yang dikemukakan oleh Dr. Tariq Al Swaidan, berikut ini :Beliau menemukan sejumlah versi di dalam Al Quran yg menyebutkan satu persoalan yang sama dengan yang lainnya, misalnya laki2 sama dengan wanita.

Meskipun hal ini dipandang dari tata bahasa, namun fakta yang menakjubkan adalah bahwa kata laki2 dalam al-quran disebutkan sebanyak 24 kali dan wanita juga disebutkan 24 kali.Susunan kata ini tidak hanya benar dalam nilai struktur bahasa, tapi juga menunjukkan kebenaran secara matematik, misal 24=24.

Berdasarkan analisis lebih mendalam dari beberapa versi, bahwa kejadian ini terlihat konsisten pada keseluruhan al-quran.Lihatlah bukti yg menakjubkan dari jumlah kata2 dalam al-quran (versi bhs arab) berikut ini:

1. Dunia (kehidupan sekarang) disebutkan 115 kali. Akhirat( kehidupan setelah dunia ini) disebutkan 115 kali.
2. Malaikat 88 kali, syaitan 88 kali.
3. Kehidupan 145 kali, kematian 145 kali.
4. Kebaikan/manfaat 50 kali, jahat 50 kali.
5. Orang2 50 kali, nabi 50 kali.
6. Iblis(raja syaitan) 11 kali, menyelamatkan diri dari iblis 11 kali.
7. Musibah (bencana) 75 kali, syukur 75 kali.
8. Shodaqoh 75 kali, kepuasan 75 kali.
9. Orang2 yg tersesat 17 kali, syuhada 17 kali.
10. Muslimin 41 kali, jihad 41 kali.
11. Emas 8 kali, kehidupan yg mudah 8 kali.
12. Sihir 60 kali, fitnah 60 kali.
13. Zakat 32 kali, barokah 32 kali.
14. Pikiran 39 kali, cahaya 39 kali.
15. Lidah 25 kali, khotbah 25 kali.
16. Harapan 8 kali, ketakutan/kecemasan 8 kali.
17. Berbicara di depan publik 18 kali, pempublikasian 18 kali.
18. Penderitaan 114 kali, kesabaran 114 kali.
19. Muhammad 4 kali, syari'ah (ajaran rasululloh saw) 4 kali.
20. Laki2 24 kali, wanita 24 kali.

Dan yg cukup mengagumkan lagi, perhatikan berapa kali kata2 berikut terlihat:

1. SHALAT 5, BULAN 12, HARI 365
2. LAUT 32, TANAH 13 3.

Jadi laut+darat = 32+13= 45
Laut = 32/45x100 = 71,1111111%
Tanah = 13/45x100% = 28,888889% .
Laut+tanah = 100%

Ilmu pengetahuan modern kini membuktikan bhw air meliputi 71,111% wilayah bumi, dan daratan menutupi 28,8889%.

SUBHANALLAH. ... Mungkinkah itu merupakan suatu kebetulan?

Dikutip dari majalah islam QIBLATI